Dialog Interaktif Di Mushalla Al-Hikmah MS Aceh | (11/2)
- Published in Berita
- Be the first to comment!
Banda Aceh | ms-aceh.go.id
Setelah Shalat Ashar pada setiap hari Jum’at di Mushalla Al-Hikmah, Mahkamah Syar’iyah Aceh selalu mengisi dengan nasehat atau tausiah kepada jamaahnya. Jum’at tanggal 7 Pebruari 2014, Jamaah Mushalla Mahkamah Syar’iyah Aceh, mengadakan acara dialog interaktif bidang keagamaan yang dipandu oleh Drs. Ilyas, S.H. dengan Narasumber Ketua Mahkamah Syar’iyah Aceh, Dr. H. Idris Mahmudy, S.H., M.H.
Pada kesempatan ini salah seorang jamaah, Hj. Humaidah, S.H., M.H. mengajukan pertanyaannya; Apakah melaksanakan Shalat dengan mengharapkan pahala atau surga dapat diterima oleh Allah SWT, bukankah shalat seperti itu menunjukan ketidak ikhlasan dalam beribadah?. Maka dalam hal ini Ketua Mahkamah Syar’iyah Aceh, menjelaskan bahwa, motif dalam beramal adalah mengharapkan balasan surga serta pahala. Maka amalnya itu adalah sebagaimana kerja seorang pedagang, dalam melakukan pekerjaan adalah mengharapkan laba dan keuntungan. Sedangkan apabila motif dalam beramal adalah karena merasa malu kepada Allah, melaksanakan pengabdian dan syukur. Ia melihat bahwa amal kebaikan yang dilakukan amat sedikit, ia merasa khawatir karena tidak mengetahui apakah amal yang dikerjakan itu diterima oleh Allah atau ditolak. Inilah amalan orang merdeka. Dia beramal dengan dilandasi oleh niat yang tulus ikhlas.
Seorang jamaah yang lain, Nurdin, S.Hi mengajukan pertanyaan ; Apakah dalam Islam dibenarkan berdo’a dengan bertawassul atau dengan perantara seseorang yang lebih taat, dengan harapan do’a kita diijabah oleh Allah SWT ?. Persoalan tersebut dikupas tuntas oleh Ketua Mahkamah Syar’iyah Aceh, Dr. H. Idris Mahmudy, S.H., M.H. bahwa ; bertawassul dengan menggunakan nama-nama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Firman Allah di dalam Al-Quran, yang artinya; “Dan Allah memiliki nama-nama yang indah, maka berdo’alah kepada-Nya dengan nama-nama-Nya tersebut.” (surah Al-A’raf: 180)
Contoh berdoa dengan nama Allah adalah kita meminta dengan lafaz “Ya Ghaffar, ighfir li”. Wahai yang Maha Pengampun, ampunilah aku. yaitu dengan menyeru Nama Allah terlebih dahulu; Ya Razzaq, kurniakanlah rezki kepadaku, Wahai yang Maha Pengasih, kasihilah aku. Ya Rahman, Ya Rahim, irhamni – Wahai yang Maha Pemurah, wahai yang Maha Pengasih, kasihanilah aku.
Sebut Nama-nama Allah terlebih dahulu, jadikan nama-Nya sebagai perantara untuk kita berdoa dan memohon atau meminta sesuatu daripada-Nya. Itu salah satu kaedah tawassul yang syar’i.
Contoh lainnya; bertawassul dengan amalan saleh.
Bertawassul dengan amalan saleh yang pernah kita lakukan. Hadis yang selalu dijadikan contoh adalah hadis tiga orang lelaki yang terperangkap di dalam gua. Seorang berdoa kepada Allah dengan mengatakan bahawa dia telah taat kepada ibu bapanya, seorang lagi mengatakan dia hampir berzina tetapi dia tinggalkan zina kerana takutkan azab Allah, orang yang ketiga pula berdoa dengan menyebut bahawa dia orang yang amanah, memegang amanah yang diberikan kepadanya dan mengembalikan kepada pemiliknya. Maka dengan amalan saleh itu mereka berdoa kepada Allah agar dibukakan pintu gua yang tertutup sehingga terkurung mereka di dalamnya.
Ketika orang pertama berdoa, batu yang menutupi gua itu terbuka sedikit, sehinggalah cukup doa ketiga-tiga mereka, barulah batu itu berbuka sehingga mereka dapat keluar dari padanya. Ini menunjukkan bertawassul dengan amalan saleh, yakni menjadikan amalan saleh sebagai perantara di dalam do’a kita, kesannya itu cepat. Mudah-mudahan, Insya Allah.
Sedangkan Tawassul yang dilarang adalah ; bertawassul dengan orang yang telah mati yang telah dibincang panjang oleh ahli ilmu. Seruan kepada orang mati, seruan kepada Nabi Muhammad shallallaahu’alaihiwasallam sedangkan baginda telah wafat. Mereka berdalilkan dengan peristiwa-peristiwa di mana kesemuanya adalah dari pada hadis-hadis dha’if dan tidak membawa pengertian bahwasanya Nabi shallallaahu’alaihiwasallam bertawassul dengan Nabi-nabi yang telah wafat sebelumnya. Tidak ada pendalilan dan penghujahannya. Demikianlah dialog ini berakhir dengan mengucapkan Alhamdulillah. (Tim Redaksi MS. Aceh)