HT MS Aceh : Akal Fikiran Menjadi Suluh Dalam Kehidupan | (21/10)
- Published in Berita
- Be the first to comment!
Banda Aceh | ms-aceh.go.id
Kegiatan ceramah ba’da shalat Ashar setiap hari Jum’at di Mushalla Mahkamah Syar’iyah Aceh pada tanggal 18 Oktober 2013 menampilkan penceramah salah seorang Hakim Tinggi Drs. H. Rafiuddin, MH. Ustadz yang baru pindah dari PTA Bengkulu ini menyampaikan tentang kegunaan akal fikiran dalam menjalani kehidupan. Ustadz mengawali ceramahnya dengan mengutip surat At-Tin ayat 4 yang artinya “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
Menurut Ustadz, ayat tersebut merupakan bukti bahwa manusi adalah makhluk yang paling sempurna apabila dibandingkan dengan makhluk lain. Manusia diberikan akal fikiran yang akan menjadi suluh dalam kehidupannya. Dengan akal fikiran, manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Yang baik dilaksanakan dan yang buruk ditinggalkan agar selamat hidup di dunia dan di akhirat.
Akan tetapi tidak semua manusia mengerjakan yang baik dan meninggalkan yang buruk. Oleh karena itu Allah memperingatkan dalam ayat 5 surat at-Tin tersebut yang artinya “Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)”.
“Manusia yang tidak menggunakan akal fikirannya akan celaka dalam hidupnya di dunia dan di akhirat,” kata H. Rafiuddin mengingatkan. Dijelaskan Ustadz lebih lanjut bahwa apabila akal fikiran telah dipergunakan dengan baik, maka akan datang hidayah dari Allah Swt. Dengan hidayah tersebut, manusia akan menjadi seorang yang beriman dan gemar melakukan amal saleh.
Dalam ceramahnya yang berdurasi lebih kurang 15 menit tersebut, Ustadz menceritakan seorang perempuan yang bernama Ummu Sulaim yang menikah dengan seorang laki-laki Yahudi bernama Malik bin Nadar. Tidak lama setelah mereka menikah, Malik bin Nadar meninggal dunia. Ummu Sulaim berjanji dalam hati bahwa ia tidak akan menikah lagi sepanjang hidupnya. Tapi rupanya ada laki-laki Kristen kaya raya bernama Abu Talhah datang melamarnya. Talhah menawarkan apa saja keinginan Ummu Sulaim akan dipenuhinya seperti emas, perak dan lain sebagainya. Tawaran Abu Talhah tersebut ditolak mentah-mentah Ummu Sulaim dan hanya satu permintaannya apabila Talhah ingin menikah dengannya, yaitu Talhah bersedia masuk Islam.
“Pendek cerita Abu Talhah masuk Islam dan menikah dengan Ummu Sulaim dan mereka mendapat satu orang anak,” kata Ustadz menguraikan. Ketika Abu Talhah pergi berdagang tiba-tiba anak mereka demam panas dan meninggal dunia. Ummu Sulaim memandikan dan mengkafaninya serta dibuatnya di tempat tidur seperti layaknya anak yang tidur. Ketika Abu Talhah pulang tengah malam dan menanyakan keberadaan anak mereka, Ummu Sulaim menjawab bahwa anak sudah tidur.
Pada esok harinya Ummu Sulaim menjelaskan kepada Abu Talhah bahwa anak mereka telah meninggal dunia dan berharap supaya ikhlas dan tulus menghadapinya karena anak tersebut adalah amanah dan titipan dari Allah Swt. Mendengar penjelasan tersebut, Abu Talhah marah bukan kepalang tanggung lalu melaporkannya kepada Rasulullah Saw. “Jawaban Rasulullah kepada Abu Talhah adalah semoga malam tadi adalah malam yang berkah kepada kamu berdua,” kata Ustadz dalam cerpennya. Diuraikan Ustadz lebih lanjut bahwa ternyata dikemudian hari Ummu Sulaim dan Abu Talhah mendapat 9 orang anak.
“Hikmah dari kisah tersebut adalah mari kita tabah dan tawakkal menerima pemberian Tuhan dan selalu mempergunakan akal fikiran secara positif,” imbuh Ustadz sambil menutup ceramahnya.
(AHP)